Minggu, 08 Januari 2023

RESENSI FILM SHARK: THE BEGINNING


IDENTITAS FILM

Film: Shark: The Beginning

Director: Chae Yeo-Jun

Penulis: Woon (webcomic), Kim Woo-Seob (webcomic)

Produser: Lee Jae-Ha

Tanggal rilis: 17 Juni 2021

Durasi: 108 menit.

Distributor: TVING

Bahasa: Korea

Negara: Korea Selatan

Pemeran: Kim Min-Suk - Cha Woo-Sol

                Wi Ha-Joon - Jung Do-Hyun

                Jung Won-Chang - Bae Seok-Chan

                Lee Jae-Kyoon - An Hyun-Min

                Bae Myung-Jin - Lee Won-Joon

                Lee Jung-Hyun - Han Sung-Yong

     Cha Yub - Jung Sang-Yub

                Shin Min-Jae - Min Jong-Tae

Film yang berjudul Shark: The Beginning merupakan salah satu film bocoran dari negara tetangga yaitu Korea Selatan yang sukses menjadi salah satu film terfavorit pada tahun perilisannya. Film ini diperkenalkan pada tahun 2021 yang merupakan hasil karya dari Woon dan Kim Woo-Seob sebagai penulisnya dan disutradarai oleh Chae Yeo Jun. Film Shark: The Beginning merupakan film kriminal yang menceritakan seorang anak laki–laki paruh baya yang bernama Cha Woo Sol yang langsung diperankan oleh Kim Min-Seok. Cha Woo Sol merupakan seorang siswa yang sedang menduduki bangku sekolah menengah yang terpaksa menerima perlakuan intimidasi dari teman sebayanya yang bernama Bae Seok Chan yang diperankan oleh Jung Won-Chang. Tidak hanya itu, film ini juga menceritakan seorang anak laki-laki yang menjuarai perlombaan MMA yang baru saja mendapati gelar ketiganya. Anak laki-laki tersebut  bernama Jeong Do-Hyeon yang langsung diperankan oleh Wi Ha-Joon. Namun, ia terpaksa mendekap di penjara akibat apa yang telah ia perbuat beberapa waktu lalu. Kala itu, Do Hyeon menghajar para perampok yang coba melumpuhkannya hingga tewas. Dari kejadian itu, dengan berat hati ia harus menerima vonis 2 tahun penjara.

Dalam kisahnya, Cha Woo Sol menerima perlakuan tidak baik dari Bae Seok Chan di sekolahnya. Cha Woo Sol pada dasarnya adalah anak yang pemalu dan lemah, sehingga dengan mudahnya menjadi sasaran empuk bagi Bae Seok Chan. Demi menghindari perlakuan intimidasi yang dilakukan oleh Bae Seok Chan, Cha Woo Sol akhirnya pindah ke sekolah barunya dengan harapan ia mendapatkan perlakuan yang jauh lebih baik dari sebelumnya. Alih-alih pindah ke sekolah baru, justru tanpa disengaja Chan Woo Sol dipertemukan kembali dengan Bae Seok Chan. Diketahui Bae Seok Chan adalah seorang petinju professional, sehingga tidak heran ia kerap membully siswa lain dengan seenaknya.

Pada suatu hari, dengan rasa kekesalannya yang begitu lama telah Cha Woo Sol pendam, akhirnya ia pun memberanikan diri untuk mengambil tindakan langsung kepada Bae Seok Chan. Ia melakukan balas dendam kepada Bae Seok Chan karena sudah menganggu siswi perempuan dengan cara menusuk pulpen tepat di matanya Bae Seok Chan. Namun, dari perbuatan yang telah dilakukan Cha Woo Sol kepada Bae Seok Chan, ia pun harus menerima konsekuensi yang apa telah ia perbuat. Cha Woo Sol terpaksa menerima vonis hukuman penjara selama 3 tahun penjara. Setelah pertikaian yang mereka alami kala itu, Bae Seok Chan pun juga terpaksa berhenti menjadi atlet tinju.

Merasa tidak terima setelah apa yang telah diperbuat oleh Cha Woo Sol kepadanya, Bae Seok Chan sering kali menghampiri Cha Woo Sol di penjara dengan bermaksud untuk memberikan ancaman kepadanya. Di sisi lain, Cha Woo Sol juga kerap mendapatkan perlakuan yang sama di penjara. Ia sering kali dibully oleh narapidana lainnya hingga membuat Cha Woo Sol semakin tidak berdaya. Alih-alih menerima perlakuan tidak baik dari narapidana lainnya, tanpa disadari ia bertemu dengan Do-Hyeon. Di penjara, Do-Hyeon merupakan orang narapidana yang paling disegani oleh semua orang. Setelah ia mengetahui latar belakang dari seorang Do-Hyeon, Cha Woo Sol berniat untuk meminta bantuan kepadanya dengan melatihnya demi menjadi petarung yang hebat.

Tak terasa 3 tahun telah ia lalui, berbagai pengalaman dan pembelajaran telah ia dapatkan di ruang jeruji penjara. Namun, kisahnya belum berakhir sampai di sini. Ia pun harus menyelesaikan urusannya dengan Bae Seok Chan sebagai musuh bebuyutannya. Pada suatu hari, ia bertemu kembali dengan sosok Bae Seok Chan yang selama ini ia nantikan. Bae Seok Chan pun selama ini telah menantikan kehadiran Cha Woo Sol. Pertemuan mereka pun dihiasi oleh cuaca yang sedikit mendung. Pada akhirnya, pertarungan yang telah mereka tunggu telah dimulai. Di tengah pertarungannya, Cha Woo Sol sempat mengalami luka babak belur di wajahnya. Namun, pada akhirnya pertarungan mereka pun dimenangkan oleh Cha Woo Sol.

Film yang berjudul Shark: The Beginning ini merupakan salah satu film yang paling laris dikalangan remaja di pertengahan tahun 2021. Film ini tidak hanya dapat memanjakan mata para penontonnya, namun film ini juga menyembunyikan pesan – pesan moral yang dapat dipetik mengenai kehidupan remaja. Hal menarik lainnya adalah film ini dibintangi oleh aktor – aktor yang berkelas seperti Kim Min-Suk, Wi Ha-Joon  sebagai peran utamanya.

Kelebihan film Shark: The Beginning adalah dihadirkannya aktor–aktor ternama seperti  Kim Min-Suk, dan Wi Ha-Joon sebagai pemeran utamanya. Baik Kim Min-Suk maupun Wi Ha-Joon, mereka berdua dapat memainkan dan mendalami peran mereka masing – masing secara konsisten dan professional. Sehingga, dari keseriusan mereka lah film ini mendapat banyak respon positif dari masyarakat. Kehadiran berbagai pesan moral di dalam film ini pun juga menjadi kelebihan untuk film Shark: The Beginning. Salah satu makna tersirat pada film ini adalah pentingnya pembentukan mental dari seorang anak.

        Namun dibalik kelebihannya, film ini pun juga memiliki kelemahan dari berbagai sisi. Kekurangan dari film Shark: The Beginning adalah jalan cerita juga sedikit sulit untuk diterima sehingga terkesan tabu bagi beberapa penonton. Kekurangan lainnya dari film ini adalah masih terdapat adegan di film ini yang terkesan sadis atau sensitif bagi para penontonnya seperti adegan darah dan lain sebagainya. Sehingga, film ini secara keseluruhan tidak direkomendasikan untuk ditonton oleh kalangan anak-anak.

       Secara kesimpulan, film ini sangatlah worth it untuk ditonton oleh kalangan remaja hingga dewasa. Karena makna tersirat yang dihadirkannya tidak hanya untuk kalangan remaja, namun juga untuk para orang tua di luar sana dalam membentuk mental seorang anak.


 Penulis : Muhammad Hanif Estyanto - 10080021136 - Universitas Islam Bandung

Siaran Pers Kenakalan Remaja Dewasa ini Semakin Dirasakan Meresahkan Masyarakat

Pada hari Sabtu, 28 Agustus 2021 Universitas Wijayakusuma Purwokerto menyelenggarakan sebuah Webinar mengenai Kenakalan Remaja Dalam Perspektif Hukum Pidana. Topik tersebut dinilai sangat edukatif mengingat remaja di Indonesia belum cukup memiliki wawasan yang luas mengenai Hukum Pidana, sehingga mereka menganggap tindakan kekerasan yang di lakukan tidak memiliki konsekuensi. Webinar ini diselenggarakan untuk memberikan informasi bahwa kejahatan atau kekerasan terhadap kepentingan umum, dan kepada pelakunya dapat diancam hukuman berupa penderitaan atau siksaan. Harapannya setelah mereka mengetahui ancaman dari hukuman yang dilanggar akan berhenti dan tidak lagi melakukan tindakan yang merugikan masyarakat. 

Webinar ini diselenggarakan secara hybrid di Kampus Unwiku Jl. Raya Beji Karangsalam Kec. Kedungbanteng, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah. Webinar tersebut dihadiri oleh dua pembicara yang sangat ahli dan kompeten di bidangnya. Yaitu, DR.H.Arif Awaludin SH Mhum (Dosen Fakultas Hukum UNWIKU), dan DR. Eti Mul Erowati, SH.,Mhum (Dosen Fakultas Hukum UNWIKU). Webinar dengan tema diskusi ini secara khusus membahas mengenai Remaja Dewasa Semakin Dirasakan Meresahkan Masyarakat, juga Makna udang–undang Hukum Pidana (KUHP)

Pembukaan acara diawali dengan perkenalan dari setiap pembicara. Kedua narasumber tersebut memiliki perhatian yang sama mengenai kenakalan remaja, tetapi masing–masing narasumber memiliki topik pembahasan yang berbeda. DR. Eti Mul Erowati lebih condong terhadap kasus Asusila dan Perkawinan Anak, jika DR.H.Arif Awaludin membahas mengenai kenakalan remaja yang menimbulkan korban materi, korban fisik, dan melawan status. Keduanya kompak membagikan inormasi mengenai kenakalan remaja dan mencoba untuk memahami atas tindakan yang mereka lakukan. Narasumber setuju bahwa edukasi mengenai hukum pidana bukan hanya diberikan oleh guru dan dosen saja, melainkan dari keluarga itu sendiri.

Dalam sesi diskusi salah satu mahasiswa UNWIKU bertanya kepada narasumber “Apakah ada hubungan pergaulan bebas dengan kenakalan remaja dan pihak apa saja yang  berhak untuk menghentikan ulah kenakalan remaja. Apakah ada cara ampuh untuk menghentikan kenakalan remaja yang kerap terjadi?”

         DR.H.Arif Awaludin mengutarakan bahwa “kenakalan remaja merupakan tanggung jawab banyak pihak berwenang diantaranya pihak sekolah, orang tua, aparatur keaman, dan aparat pemerintah yang lain. Pihak memiliki kewenagannya masing-masing. Orang tua berwenang untuk mengendalikan anaknya, sekolah mengendalikan para siswanya dengan baik, dan aparat keamanan menjaga keterbitan. Jika anak remaja melewati batasan-batasan aturan tertentu maka akan dikenakan sanksi.”

        Dalam sesi penutupan Moderator mengungkapkan bahwa “Usia remaja adalah usia individu yang mulai mencari identitas dirinya dan menganggap dirinya sudah mandiri dan menolak bantuan dari orang dewasa. Kenakalan remaja adalah perbuatan yang melanggar norma, aturan, atau hukum dalam masyarakat yang dilakukan di usia remaja atau transisi. Menurut undang-undang no.1 tahun 1974 usia perkawinan bagi laki-laki dan perempuan adalah 19 tahun. Akibat dari perkawinan anak yaitu meningkatnya kasus perceraian, berpengaruh kepada kesehatan mental, dan KDRT.” 


Penulis : Prayoga Anugrah Maulana (Panitia Humas Webinar) - 10080021161 - Universitas Wijayakusuma Purwokerto (UNWIKU) - Jl. Raya Beji Karangsalam Kec. Kedungbanteng, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah - Telp 081292623333

Text Feature Tersesat Ke Dalam Jurang Kenakalan Remaja

        Di rumah tua peninggalan jaman jajahan Belanda, terdapat remaja lelaki yang tengah asyik bercengkrama dengan teman-teman satu angkatannya. Duduk dengan tenang sembari menghisap sepuntung asap rokok di tangannya masing-masing. Gelak tawa bersama teman-temannya terdengar sampai luar. Tawanya yang terbahak-bahak membuat orang di sekeliling rumahnya ikut tertawa kecil. Sosok remaja lelaki itu berinisial CK.

        Ketika ia mulai memasuki bangku SMP (Sekolah Menengah Pertama), CK memiliki teman normal pada umumnya. Belajar dan bermain bersama temannya seperti normalnya anak SMP pada umumnya. Namun semua itu berubah ketika dia mulai beranjak ke kelas 2 SMP. Kelas berganti orang secara acak namun sayangnya dia malah sekelas dengan teman-teman yang nakal. Dia tidak menolak untuk berteman dengan siapa pun, itulah yang menjadikannya jatuh kedalam jurang kenakalan remaja. “kita mah baturan karo siapa bae ge beli masalah, sing penting isune happy” ujar CK saat dihubungi via telepon yang artinya “saya sih temenan sama siapa saja juga tidak masalah, yang penting sayanya bahagia”.

        Meskipun memang awalnya dia terlihat bahagia, tetapi seiring berjalannya waktu. Teman-teman yang dulu sering bermain dengan dia, menganggap dia itu menjadi bocah nakal. Dia mulai menghisap rokok di toilet sekolah, di kendaraan umum seperti angkot dengan menggunakan seragam SMP. Dia tampak tak peduli pendapat orang tentangnya, sampai akhirnya dia terjerumus satu jurang lagi yaitu alkohol. Teman-teman CK yang sekelas dengannya adalah seorang yang tidak lulus 2 tahun di sekolah tersebut, meskipun begitu bukan berarti temannya pantas-pantas saja meminum minuman keras seperti alkohol. Dia meminum alkohol di depan CK dimana rasa ingin tahu CK semakin besar untuk ingin mencicipi rasa minuman tersebut.

        Sejak saat itu, ia mulai mencicipi berbagai rasa dari alkohol dengan teman-temannya. Bahkan jika ia kekurangan uang untuk membelinya, ia sampai memelak temannya yang terlihat lemah baginya. Tidak hanya teman satu sekolahnya, orang di luar sekolahnya pun dia dengan berani memalak layaknya preman pasar. Pernah sesekali dia dan teman-temannya ketahuan oleh guru ketika sedang merokok dalam toilet. Orang tua dipanggil, dihukum di tengah lapangan dimana terik matahari sedang panas-panasnya. Tetapi, itu tidak membuatnya jera. Malah ia semakin menjadi-jadi dengan temannya. Membolos sekolah, kabur saat jam pelajaran dimulai. Semua dia lakukan demi bersenang-senang dan kepuasan pribadinya.

“ya gapapa mumpung masih muda saya sih mau seneng-seneng dulu… nanti juga bakal berubah. Lagian kalo masa-masa remaja ga nakal tuh ga seru, ga ada yang diceritain untuk anak cucu nanti. Yang lain juga bakal beranggapan gitu sok”. Ujar si CK.

        Bahkan CK pernah bolos sekolah sampai masuk koran. Pada saat itu CK dan teman-temannya bolos di tempat sedang ada liputan, Saat bolos tidak hanya anak laki-laki saja, di situ pun ada beberapa anak perempuan nya juga yang ikut bolos dan nongkrong-nongkrong di salah satu CUDP (Cirebon Urban Development Project, tempat untuk mengatasi genangan-genangan air akibat kiriman hujan di daerah Cirebon), "ira inget ga kita pernah cerita , kita pernah masuk koran, gara-gara bolos di CUDP, padahal di situ temen kita mau ngeceburin temen yang ulang tahun, tapi di sangka wartawan mau berbuat asusila" yang artinya "kamu inget tidak saya pernah cerita waktu saya masuk koran, karena temen saya mau ceburin temen yang lagi ulang tahun, tapi disangka wartawan mau berbuat asusila" ujar CK via telepon.

        Menginjak ke kelas 3 SMP, CK menjadi lebih tenang dan kalem, karena dia merasa layaknya seorang yang ahli dalam bidangnya yang telah ditekuni berpuluh-puluh taun lamanya. “karena kejadian kemarin terlalu ekstrim jadi ada takutnya juga”. Tetapi karena kelas pun berganti, ia tidak mendapatkan teman-teman yang buruk seperti sebelumnya. Kisaran semester 2 kelas 3 SMP ia mulai sedikit berubah dengan tidak meminum alkohol lagi. Dia bergaul dengan teman-teman yang baik, yang selalu mengingatkan bahwa melakukan perbuatan seperti itu salah. “seneng-seneng masih muda sih boleh, tapi ga gitu juga caranya. Ya kali masi muda harus udah mulai mabok-mabokan” ujar CK yang dikatakan temannya.

        Setelah mendapatkan nilai ujian yang buruk CK pun mulai memikirkan masa depannya dan mendapatkan hikmah “astaghfirullah aja kita sih ari nginget-nginget zaman SMP tuh. Badeg pisan soale kita waktu itu, rugi sekien isun jadie mengkenen. Sekolah ya bli bisa sesuai keinginan. Jadi ya wis lah aja sampe ngulang maning” ujar CK yang artinya “astaghfirullah saja saya sih kalau mengingat-ingat zaman SMP tuh. Nakal banget soalnya saya waktu itu, rugi sekarang saya jadinya kaya gini. Sekolah ya ga bisa sesuai keinginan. Jadi ya sudahlah jangan sampai mengulangi kembali”.

        Sesudahnya CK duduk di bangku SMK dia mulai memfilter pergaulannya dan berharap bisa memulai dari awal lagi. “pengen taubat saja saya sih, mikirin kerja setelah lulus SMK. Khawatir kalau masih seperti itu bakalan susah dapet kerjaan” ujar CK berbicara via telepon.


Penulis Raihan Firjatullah Irvanianto - 10080021140 - Universitas Islam Bandung

RESENSI NOVEL CINTA DI TAHUN 1995

· Judul Novel : Ancika Dia yang Bersamaku di Tahun 1995

· Penulis : Pidi Baiq

· Cetakan : 1

· Penerbit : Mizan – Pastel Books

· Kota Terbit : Kota Bandung

· Tebal Buku : 340 Halaman

· ISBN : 978-602-6716-89-7

        Pada tahun 1995 merupakan awal kisah cinta Ancika bertemu Dilan setelah kisah sebelumnya dengan Lia atau dikenal dengan Milea. Seperti cerita sebelumnya, Pidi Baiq mengkisahkan kisah asmara klasik dan masih disuguhkan gombalan, dan humor humor Dilan yang cukup membekas. Menceritakan beratkan kisah cinta remaja yang beranjak dewasa dan kenakalan remaja sosok Dilan..

        Kala itu Ancika berusia 17 tahun, masih seperti siswa SMA biasa yang belum pernah menjadi bagian dari pengurus OSIS. Sedangkan Dilan sudah kuliah di sebuah universitas di Bandung. Dilan dengan penampilan khasnya selalu memakai jaket jeans dengan bendera Amerika terbalik. Dia mungkin punya masa lalu, tetapi saya punya Dilan. Begitulah ujar Ancika di dalam ceritanya.

        Sudut pandang Ancika menjadi salah satu jalan cerita, seakan akan kita dibawa masuk ke dalam dunia Ancika. Dari perkenalan bertemu Dilan, hingga akhirnya dijodohkan. Jauh berbeda dengan awal mula pertemuan Milea, Ancika digambarkan sebagai wanita yang pemberani, dari segi penampilan cover sudah jelas bukan sosoknya yang seperti apa. Atau bahkan bisa dibilang tomboy, tapi Ancika tidak pernah memikirkan hal itu. Ia juga sosok yang cukup dewasa untuk wanita seusianya, dan tahu apa yang disukai dan tidak disukainya. Sedangkan Dilan, kita masih menemukan canda dan canda Dilan. Dia bisa lebih berkepala dingin karena tentu saja Dilan sudah beranjak dewasa. Bahkan dikisahkan Dilan lulus dari ITB dan mulai bekerja. Selain itu, Dilan masih gemar menulis puisi dan punya ribuan cara unik untuk menarik perhatian perempuan yang ia dambakan.

        Alur cerita dalam cerita novel Ancika ini adalah maju mundur. Dimulai dengan berakhirnya cinta Dilan dengan Milea lalu dilanjutkan oleh kisah cinta Ancika dengan dilan. Adapun tokoh tokoh pada cerita ini adalah Ancika sebagai wanita yang cukup pemberani, dari segi penampilan cover sudah jelas bukan sosoknya yang seperti apa. Atau bahkan bisa dibilang tomboy, ia juga sosok yang dewasa untuk wanita seusianya, dan berpendirian yang kokoh. Lalu yang tentunya adalah Dilan yang dimana dia adalah nyawa dari cerita ini dengan ciri khas ”Komandan Geng Motor” yang sangat di elu elu kan oleh wanita wanita pada zamannya. Sudut pandang dalam cerita ini adalah sudut pandang Ancika, kita seakan dibawa masuk ke dalam dunia Ancika. Mulai dari perkenalan, bertemu Dilan, hingga akhirnya dijodohkan dan menikah.

        Cerita Ancika ini terjadi pada tahun 1995 bandung, saat Dilan sedang kuliah di Institute Teknologi Bandung, sedangkan Ancika sendiri masih SMA. Hubungan antara Ancika dan Dilan tidak semata lancar melainkan naik turun dan berkesan saling melengkapi kekurangan satu sama lain.

        Kelebihan yang mebuat novel Ancika ini menarik adalah novel ini merupakan lanjutan dari 3 cerita sebelumnya yaitu Dilan 1990, Dilan 1991, dan Milea. Saling berkesinambungan dengan menghadirkan tiga sudut pandang yakni Dilan, Milea dan Ancika. Selain dari lanjutan dari Series-series sebelumnya yang membuat novel ini menarik adalah gaya bahasa dari Pidi Baiq serta cover novel yang menarik.

      Dalam setiap cerita tidak lepas dari kekurangan, dari segi cerita memang tidak sedramatis ketiga novel sebelumnya, sehingga terkesan agak monoton. Masih ada hal lain yang mungkin bisa dieksplorasi atau konflik dan peristiwa penting dalam hubungan mereka agar chemistry semakin terjalin dan suasana cerita yang seru bisa terbangun. Secara garis besar karena kisah Ancika ini berkesinambungan dengan cerita cerita sebelumnya jadi banyak alur cerita yang sama pada cerita sebelumnya.

        Menurut saya pribadi keseluruhan dari kisah Ancika dan Dilan memang bagus, terlebih lagi sosok Dilan yang saat ini sudah menjadi lebih dewasa namun tidak menghilangkan humor humor recehnya. Terlebih lagi novel ini menjadi pelanjut 3 kisah sebelumnya. Oleh karena itu, hasil dari perjalanan asmara Dilan akhirnya kita ketahui. Maka dari itu saya rekomendasikan untuk kalian untuk menikmati cerita Ancika dalam novel tersebut yang menyajikan kisah cinta yang dewasa, dimana Dilan sudah bisa menangani lunjakan emosinya, sudah tidak mudah terpancing untuk marah dan melakukan kekerasan seperti perkelahian. Dalam 3 kisah sebelumnya, Dilan dikisahkan sebagai sosok yang temperamental atau mudah terpancing amarahnya apabila terjadinya hal yang tidak ia sukai.  Berbeda dengan sosoknya pada series kali ini yang memunculkan sisi dewasa Dilan dan lebih banyak memutuskan sesuatu dengan pemikiran yang dingin. Bukan sekedar cinta monyet seperti yang terdapat dalam 3 kisah sebelumnya, namun cinta yang dewasa dan saling melengkapi satu sama lain.

Penulis : Alief Faruq Abdillah - 10080021129 - Universitas Islam Bandung    

 

OPINI KENAKALAN REMAJA SEBAGAI AKAR MASALAH SOSIAL


Kenakalan remaja pada dasarnya merupakan permasalahan sosial atau penyimpangan sosial yang tidak sesuai dengan norma dan adat istiadat dalam masyarakat. Kenakalan remaja ini biasa didominasi oleh kalangan anak SMP, SMA dan sederajat. Alasan Mengapa anak SMP dan SMA adalah jenjang usia paling mendominasi kenakalan remaja karena hal ini banyak yang berpendapat bahwa memang benar remaja SMP dan SMA lah yang paling sering melakukan tindak penyimpangan. Sebab pada usia ini, seseorang masih sangat labil dan mudah terpengaruh oleh hal-hal dari luar baik positif ataupun negatif.

Membicarakan masalah remaja tidak pernah akan ada habisnya, baik remaja sebagai obyek, pelaku ataupun sebagai subyek. Sayangnya remaja sekarang ini sering diposisikan sebagai problem. Posisinya sebagai potensi dan bagian dari solusi sering ditenggelamkan oleh wacana remaja sebagai masalah. Di sini lalu muncul bombardir isu dan pemberitaan tentang remaja dan narkoba, remaja dan kebebasan seks, remaja dan tawuran, remaja dan tindak kejahatan serta berbagai tindak asusila lainnya. Permasalahan remaja yang terjadi di Indonesia tiada pernah berhenti seiring berjalannya waktu.

Menurut JE Sahetapy, beliau mengatakan bahwa kenakalan remaja adalah masalah kenakalan anak yang menyangkut pelanggaran norma masyarakat.  Pelanggaran norma merupakan salah satu bentuk tingkah laku manusia. Tingkah laku seseorang ditentukan oleh sikapnya (attitude) dalam menghadapi suatu situasi tertentu. Sedangkan, menurut Hurlock, beliau menyatakan kenakalan remaja adalah tindakan pelanggaran hukum yang dilakukan oleh remaja. Dimana tindakan tersebut dapat membuat seseorang atau remaja yang melakukannya masuk kedalam penjara.

Dari tahun ke tahun permasalahan remaja terus bergulir dan berkembang. Tak hanya itu, permasalahan yang timbul senantiasa merupakan masalah terbaru dan memiliki Kasus yang berbeda-beda Setiap tahunnya. Sebagai generasi penerus bangsa, hendaknya seorang remaja dapat mampu memilih dan memilih pergaulan mana yang pantas untuk mereka ikuti dan mana yang pantas untuk mereka hindari. Sebagai seorang remaja yang baik dan bijak dalam menyikapi segala hal, maka mereka akan mengetahui dan berfikir terhadap tindakan yang mereka ambil.

Patokan kesejahteraan dan kemajuan suatu bangsa dipegang teguh oleh para generasi muda, apabila calon bibit generasi dimasa yang akan datang tidak mampu mengendalikan dirinya dengan baik, maka masa depan mereka sebagai penerus bangsa Indonesia dan pemegang tongkat estafet perkembangan bangsa akan hancur dimakan usia. Oleh karena itu, hal ini penting untuk disosialisasikan serta dibicarakan lebih lanjut agar menjadi suatu pokok bahasan yang perlu diperhatikan untuk keberlanjutan masa depan remaja yang lebih baik lagi. Remaja membutuhkan dukungan serta dorongan yang harus mereka dapatkan dari berbagai pihak yang mampu mereka percaya untuk membantu mereka merealisasikan atas apa yang diharapkan orang sekitar.

Akar masalah sosial dari kenakalan remaja ini adalah Status sosial ekonomi yang buruk, sikap acuh tak acuh terhadap orang tua, perasaan rendah diri, kurang perhatian, dan banyak alasan lainnya dapat menyebabkan berbagai jenis masalah psikologis pada anak dan remaja. Misalnya depresi, ketakutan, dan kompleks, agresi berlebihan, dan lain-lain. Hal ini dapat memprovokasi anak di  untuk melakukan kejahatan. Sehingga, terlihat hubungan Interaksi dan hubungan anak-anak dan remaja dengan keluarga dan teman sebaya memengaruhi perkembangan perilaku dan kenakalan antisosial. Interaksi keluarga paling penting selama masa kanak-kanak awal, tetapi dapat memiliki efek jangka panjang. Pada masa remaja awal, hubungan dengan teman sebaya menjadi lebih penting. Bagian ini pertama-tama akan mempertimbangkan faktor-faktor dalam keluarga yang telah ditemukan terkait dengan perkembangan kenakalan dan kemudian mempertimbangkan pengaruh teman sebaya terhadap perilaku nakal. Perhatikan bahwa isu-isu tentang kemiskinan dan ras ditangani di bawah bagian faktor komunitas pada bab ini.Dalam memberikan tanggung jawab mengasuh anak kepada orang tua, sebagian besar budaya Barat membebankan beban berat pada keluarga. Bahkan dalam keluarga utuh dengan dua orang tua, anak-anak mungkin tidak menerima pengawasan, pelatihan, dan advokasi yang diperlukan untuk memastikan arah perkembangan yang positif. Sejumlah penelitian telah menemukan bahwa manajemen orang tua yang buruk dan praktik disipliner terkait dengan perkembangan perilaku nakal. Kegagalan untuk menetapkan ekspektasi yang jelas terhadap perilaku anak, disiplin yang tidak konsisten, disiplin yang terlalu keras atau agresif, serta pemantauan dan pengawasan yang buruk terhadap anak memprediksi kenakalan di kemudian hari.

Di masa emas yang sedang mereka nikmati, membuat mereka terlena dan terbuai oleh hasutan-hasutan jahat yang selalu mendatangi mereka. Hasutan demi hasutan yang mereka terima tanpa berfikir Panjang kemudian mereka melakukan hal-hal yang sebenarnya dapat dikatakan sebagai penyimpangan sosial. Namun, pada dasarnya faktor negatif inilah yang paling cepat merasuki diri para remaja. Mereka merasa bahwa dirinya di usia remaja masih memiliki banyak waktu untuk bersenang-senang dan melakukan semua hal yang mereka inginkan. Sehingga mereka lupa, ketika mereka salah mengambil jalan maka hidup di masa yang akan datang tidak dapat dipertanggungjawabkan.

Menurut Gunarsa (1989) terdapat beberapa karakteristik remaja yang dapat menimbulkan berbagai permasalahan pada diri remaja, yaitu: kecanggungan dalam pergaulan dan kekakuan dalam gerakan, ketidakstabilan emosi, adanya perasaan kosong akibat perombakan pandangan dan petunjuk hidup, adanya sikap menentang dan menantang orang tua.

Media massa merupakan alat untuk memberi/penyampaian informasi atau pesan-pesan dari sumber yang ada dengan menggunakan alat komunikasi massa saat ini, seperti contoh surat kabar, twitter, telegram, dan lain sebagainya. Informasi ini juga membantu masyarakat untuk mengakses infomasi untuk kepentingan pribadinya. Informasi ini ada juga yang bersifat positif dan juga ada yang negatif. Di era 4.0 ini, masyarakat sangat mudah untuk mengakses infomasi di media-media online saat ini. Pasalnya semua masyarat mempunyai gadget yang mampu untuk mengakses informasi yang terpampang pada media online. Masyarakat juga mempunyai hak yang dijaga untuk mengakses informasi melalui media yang ada pada saat ini. Segala informasi selalu bebas dapat dicari dan digali melalui sosial media.

Media ini membuat banyak remaja yang mengakses banyak situs yang legal, pasalnya media ini bisa mencari apa saja yang kita akan cari, meskipun ada batasannya tetapi namanya anak remaja membutuhkan edukasi tentang pengalaman seputar media massa, pasalnya remaja tersebut membutuhkan edukasi yang banyak atau penyuluhan pengguna media massa yang baik dan benar.

Menurut saya, banyak remaja yang kurang edukasi, membuat remaja ini leluasa untuk mengakses yang tidak benar di internet maupun konten-konten 18+ yang seharusnya tidak di tontonkan atau tidak di perjual belikan secara illegal. Kenakalan remaja ini perbuatan yang melanggar norma, aturan, atau hukum dalam masyarakat yang dilakukan pada usia remaja atau transisi masa keanak-anakan ke dewasa. Kenakalan remaja ini mempunyai perilaku yang menyimpang dari norma-norma dalam masyarakat, pelanggaran sosial, dan juga pelanggaran hukum pidana. Hal ini memerlukan perhatian lebih banyak lagi yang harus diberikan dari pihak keluarga, masyarakat dan pemerintah untuk memberikan remaja beberapa pengetahuan lebih dalam dan lebih baik lagi agar tidak terjerumus ke hal-hal negatif.

Pengertian Media menurut Purnamawati dan Eldarni (2001), Media merupakan segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan minat siswa sedemikian rupa sehingga terjadi proses belajar”.

Media massa ini membuat para orang tua sedikit khawatir dengan anaknya berkaitan tentang banyaknya kenakalan remaja yang marak terjadi di berita. Kenakalan ini di pengaruhi banyak faktor. Faktor pertama yaitu kurangnya perhatian kepada sang anak, membuat sang anak ini kurang di perhatikan atau kasih sayang terhadap lingkungan keluarganya, hal ini menyebabkan sang anak ini minder dan putus asa atas kurangnya perhatian keluarganya. Faktor kedua yaitu  pergaulan atau teman. Pergaulan ini dapat mempengaruhi sang anak yang aneh-aneh dan menyimpang, sebab banyak kenakalan remaja yang timbul dari pergaulan. Sebab pergaulan di luar sana ganas dan cukup mempengaruhi sang anak menjadi nakal atau bebas dan bisa membuat remaja menjadi nakal dan ikut-ikut pergaulan yang bebas. Faktor ketiga adalah adanya tekanan atau permasalahan di keluarganya, membuat sang anak menjadi tertekan masalah ini. Membuat sang anak menjadi frustasi dan memilih untuk berdiam diri dari lingkungan keluarganya, membuat anak menjadi marah dan ingin meluaskan kekesalan/kemarahannya dengan mengadakan acara minum-minuman keras ataupun dengan pesta narkoba.

Faktor pergaulan ini banyak terjadi di kalangan remaja yang frustasi terhadap lingkungan keluarga sehingga membuat remaja ini ingin senang-senang mengabaikan masalah yang dia alami. Seperti halnya acara minuman keras bersama teman-teman sekitarnya, membuat sang anak menjadi happy dan melupakan masalah-masalah yang ada di kelurganya. Pasalnya minuman keras ini dilarang oleh Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Nomer 74 tahun 2013 tenang pengendalian dan pengawasan Minuman Keras berisi tentang dilarang memperdagangkan minuman keras atau beralkohol di kalangan remaja, terminal, tempat ibadah, sekolah dan rumah sakit.

Pendapat saya terkait hal ini, para remaja juga memiliki rasa keingintahuan yang sangat besar sehingga ia sangat suka mencoba hal-hal baru tanpa memikirkan apakah itu baik atau buruk. Banyak juga yang mengatakan bahwa diusia ini seseorang cenderung tidak suka berpikir panjang. Bentuk dari kenakalan remaja ini seperti tawuran, balapan motor, minum minuman keras bahkan sampai pada tindak yang dapat merusak moral bangsa yakni pengunaan narkotika atau narkoba.

Menurut pandangan saya, sering dikatakan bahwa kenakalan remaja akibat keluarga yang berantakan. Seringkali emosi seorang anak akan membeludak sesaat ketika keluarganya pecah, kedua orang tuanya sering cekcok atau berkelahi sehingga tercipta broken home. Kondisi didalam keluarga yang tidak harmonis dapat mempengaruhi psikologis dan psikis seorang remaja di masa pertumbuhannya. Apabila mereka tidak dapat mengendalikan emosi serta keinginan dengan baik, maka otomatis mereka akan mendapatkan kehidupan yang kelam di masa yang akan datang. Hal-hal seperti ini yang menyebabkan sang remaja tak betah dirumah dan pada akhirnya akan mencari hal-hal baru sehingga mereka terjerumus pada pergaulan yang negatif. Selain faktor keluarga adapun faktor lainnya ialah teman sepermainan. Ada juga yang berpendapat bahwa teman sepermainan memiliki andil terpenting dalam hal ini. Dari teman sepermainan itulah segala bentuk pergaulan masuk dalam diri seorang remaja. Pergaulan dari teman sebaya cenderung mudah diterima oleh remaja karena ia merasa bahwa temannya adalah seseorang yang seumuran dengannya dan dapat mengerti apa yang ia mau dan rasakan.

Sering kali pergaulan dapat merubah jati diri seorang remaja misalnya remaja yang memiliki kepribadian pendiam menjadi pembangkang. Terkadang ada teman yang membawa dampak positif bagi seorang remaja misalnya yang akan menambah motivasi untuk belajar namun ada pula teman yang akan membawa dampak negatif pada seorang remaja. Hal negatif yang bersumber dari teman sebaya memiliki pengaruh yang sangat besar terhadap perkembangan mereka pada usia remaja. Mereka lebih suka bermain dengan teman sebayanya dan cenderung untuk mengikuti pergaulan teman sepermainannya daripada diam dirumah saja bersama keluarga. Hah -hal yang negatif inilah yang perlu dijauhi, agar para remaja Indonesia dapat memilih dan memilih pergaulan mana yang harus mereka ikuti sehingga tidak terjerumus kedalam hal-hal yang bersifat negative dan berdampak di kemudian hari. Kemudian faktor selanjutnya adalah lingkungan tempat tinggal. Terkadang lingkungan tempat tinggal ini akan mempengaruhi sifat seorang remaja. Misalnya seorang remaja yang tinggal di lingkungan yang tenang dan damai akan membuat seorang remaja itu memiliki sikap yang baik dan ramah.

Hal ini dapat dibuktikan oleh remaja yang memiliki tempat tanggal jauh dari pergaulan bebas seperti discotic, club, dan tempat malam akan memiliki kepribadian yang lebih baik jika dibandingkan dengan remaja yang sering memiliki kebiasaan mengikuti hal-hal yang tidak wajar. Namun akan berbeda dengan seorang remaja yang tinggal dilingkungan yang keras kemungkinan remaja tersebut akan memiliki sifat yang kasar dan pemberontak. Hal ini biasanya terjadi pada remaja yang tidak memiliki arah hidup Secara gambling dan jelas. Mereka seringkali dihantui oleh rasa amarah dan emosi yang tinggi karena terbiasa dengan kerasnya hidup yang menuntut mereka melakukan segala hal dengan terpaksa.

Solusi yang dapat saya berikan dari persoalan-persoalan yang menjadi penyebab dalam kenakalan remaja tersebut perlu adanya perhatian khusus dan pemahaman yang baik serta penanganan yang tepat terhadap remaja merupakan faktor penting bagi keberhasilan remaja di kehidupan selanjutnya, mengingat masa ini merupakan masa yang paling menentukan. Jika sekali saja salah memanfaatkan masa remaja, ditakutkan masa emas tersebut akan hilang dan berlalu secara cuma-cuma dan remaja tidak mendapatkan apapun dari kesempatan tersebut.

Selain itu juga perlu adanya kerja sama dari remaja itu sendiri, orang tua, guru dan pihak-pihak lain yang terkait agar perkembangan remaja di bidang pendidikan dan bidang-bidang lainnya dapat dilalui secara terarah, sehat dan bahagia. Kerjasama ini dimaksudkan untuk melakukan koordinasi dan komunikasi agar semua strategi dan upaya yang dilakukan dapat berjalan dengan lancar tanpa adanya halangan suatu apapun. Ketika semua pihak telah bekerjasama dengan baik, diharapkan semua elemen dengan tujuan yang dimilikinya dapat diwujudkan secara bersama-sama.

 

REFERENSI :

Darsosentono, S. (2014). PENGARUH MEDIA MASSA TERHADAP KENAKALAN REMAJA (Studi Kasus Kenakalan Remaja Oi Surabaya) (Doctoral dissertation, Universitas Airlangga).

Link : https://repository.unair.ac.id/28836/

 

Sriyanto, S., Abdulkarim, A., Zainul, A., & Maryani, E. (2014). Perilaku asertif dan kecenderungan kenakalan remaja berdasarkan pola asuh dan peran media massa. Jurnal Psikologi, 41(1), 74-88.

Link : https://journal.ugm.ac.id/jpsi/article/view/6959


Penulis :  Valdy Daffa Alfauzan - 10080021160 - Universitas Islam Bandung